OBJEK wisata alam Green Canyon merupakan objek wisata yang memiliki beraneka ragam pesona dan daya tarik wisata yang mampu menarik puluhan ribu wisatawan setiap tahun.
Objek wisata alam Green Canyon terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sekitar 31 km dari Objek Wisata Pangandaran ke arah selatan. Untuk mencapai lokasi ini, wisatawan bisa menempuh melalui jalan darat dan udara. Karena, objek wisata ini berdekatan dengan Bandara Udara Nusawiru.
Green Canyon pada mulanya hanya sebuah tempat yang memiliki potensi ragam panorama alam, berupa aliran air Sungai Cijulang, tepat di hulu sungai terdapat sebuah gua yang terbentuk oleh sebuah jembatan tanah memiliki stalaktit dan stalaknit yang sangat menakjubkan, aliran air yang jernih akibat kedalaman terlihat memantulkan warna kehijauan, serta diapit dua bukit dengan bebatuan dan rimbunnya pepohonan.
Keindahan alam tersebut ternyata mampu menarik perhatian orang banyak. Untuk itu, masyarakat setempat berinisiatif mengelola tempat itu secara tradisional. Seiring peningkatan pengunjung, pada 1986 silam, kawasan tersebut diputuskan untuk dikelola desa, melalui sebuah lembaga yang terbentuk, yakni Lembaga Kerja Masyarakat Desa (LKMD).
Kawasan tersebut ditetapkan menjadi tempat wisata, setelah Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mengambil alih pengelolaan pada 1991 lalu. Untuk meningkatkan pengelolaan wisata, pada 1996 dibentuklah sebuah organisasi kepariwisataan Objek Wisata Green Canyon, yang terdiri atas petugas Disbudpar dan Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar). Di bawah pengelolaan organisasi kepariwisataan gabungan ini, sepanjang tahun puluhan ribu pengunjung berdatangan ke tempat tersebut.
Nama Green Canyon sangat akrab disapa masyarakat. Semula masyarakat setempat menyebutnya Cukang Taneuh (Jembatan Tanah) karena tepat di hulu aliran Sungai Cijulang, terdapat sebuah jembatan tanah selebar tiga meter,dengan panjang 40 meter.
Jembatan yang menghubungkan dua tebing di atas aliran air sungai itu membentuk sebuah terowongan, yang disebut Green Canyon. Nama itu, pertama kali dilontarkan pengunjung (turis) asal Amerika bernama Bill Joness (Bill John), pada 1989 lalu.
Bill Joness sempat menyusuri lokasi tersebut menggunakan perahu kayuh tanpa mesin, sepulang dari perjalanannya, dia memberikan komentar sungai tersebut memiliki kesamaan dengan Green Canal di Colorado Amerika Serikat, atau Okazaki, Kyoto, Jepang, dan disebutlah sungai itu Green Canyon.
Objek wisata alam Green Canyon memiliki 2 dermaga perahu yang masingmasing memiliki fungsi berbeda. Dermaga 1 berfungsi tempat pemberangkatan perahu beserta wisatawan yang hendak melakukan perjalanan menuju objek wisata alam Green Canyon. Dermaga ini terletak di Dusun Ciseureuh, Desa Cijulang.
Sementara, dermaga 2 berfungsi sebagai tempat peristirahatan perahu dan wisatawan yang hendak melakukan perjalanan wisata menuju Green Canyon, terutama apabila di daerah wisata sudah tidak menampung perahu beserta wisatawan. Dermaga 2 terletak di dekat lokasi wisata Green Canyon, jarak dari Dermaga 1 ke Dermaga 2 sekitar 3,5 km.
Untuk sampai di kawasan wisata Green Canyon, pengunjung harus menaiki perahu dengan membayar tiket seharga Rp75.000 per perahu. Sekali jalan maksimal diisi 5 penumpang, perahu-perahu itu selalu stand by di dermaga 1 di bawah pengelolaan Kompepar. Bagi pengunjung yang tidak bisa berenang, nakhoda perahu selalu menyiapkan pelampung agar terhindar risiko terburuk.
Sepanjang perjalanan menyusuri aliran air Sungai Cijulang dari dermaga hingga menembus gua menghabiskan waktu 15-20 menit. Saat berada dalam perahu, pengunjung dihadapkan dengan pemandangan dua bukit kokoh berupa bebatuan dan rimbunnya pepohonan. Beberapa bukit yang dilalui sesekali serasa menyempit dan melebar akibat pengaruh kecepatan perahu. Tidak jarang ditemukan ada kedua bukit yang menikung (berbelok), ketinggian bukit mencapai 20-30 meter. Ada pula yang terlihat hanya hamparan tanah dipenuhi rumput dan lumut. Pesona lain, dapat dirasakan dengan kondisi air yang tenang.
Suasana di sekitar sungai begitu sunyi dan menantang. Sesekali rasa gugup menghampiri. Sepanjang perjalanan, suara yang terdengar hanya suara yang timbul dari mesin yang ditempel pada bagian belakang perahu. Sesekali terdengar pula suara kicau burung, tetapi sangat langka. Hewan yang terdapat di Green Canyon dilindungi pemerintah. Umumnya, hewan langka seperti ular kobra, monyet, burung jalak, ikan hias, dan buaya. Dalam perjalanan menuju gua, sejumlah hewan itu kerap dijumpai di tepitepi bukit.
Selain hewan, banyak pula tumbuhan yang dianggap langka dan unik, yaitu semacam tanaman paku-pakuan dan jenis lelumutan. Namun, tumbuhan yang mendominasi sepanjang aliran sungai selain pohon kelapa, terdapat pohon jambu kopo (sejenis jambu air berwarna putih). Pohon itu hanya berbuah saat menjelang pergantian musim dari penghujan menuju musim kemarau, musim buah sudah terlewat sekitar satu bulan lalu.
Setelah menempuh perjalanan air, sampailah di gua Green Canyon. Suasana terasa sejuk penuh nuansa petualang. Perahu yang membawa wisatawan, hanya bisa mengantar hingga di bawah gua. Selanjutnya pengunjung harus turun menapaki cadas kokoh, di antara dua tebing yang menjulang sangat tinggi. Aliran air menetes berjatuhan terasa mendarat membasahi kepala dan punggung saat berada di bawah gua.
Petualangan yang menantang tidak hanya sampai di gua. Tempat lainnya adalah air terjun pelatar atau air terjun abadi. Dinamakan air terjun abadi karena selain memiliki keindahan alam tersendiri, airnya tidak pernah berhenti mengalir sepanjang masa dari atas dinding bebatuan gua Green Canyon. Selain itu juga ada batu payung. Batu ini mempunyai bentuk yang unik seperti payung.
Objek wisata alam Green Canyon terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sekitar 31 km dari Objek Wisata Pangandaran ke arah selatan. Untuk mencapai lokasi ini, wisatawan bisa menempuh melalui jalan darat dan udara. Karena, objek wisata ini berdekatan dengan Bandara Udara Nusawiru.
Green Canyon pada mulanya hanya sebuah tempat yang memiliki potensi ragam panorama alam, berupa aliran air Sungai Cijulang, tepat di hulu sungai terdapat sebuah gua yang terbentuk oleh sebuah jembatan tanah memiliki stalaktit dan stalaknit yang sangat menakjubkan, aliran air yang jernih akibat kedalaman terlihat memantulkan warna kehijauan, serta diapit dua bukit dengan bebatuan dan rimbunnya pepohonan.
Keindahan alam tersebut ternyata mampu menarik perhatian orang banyak. Untuk itu, masyarakat setempat berinisiatif mengelola tempat itu secara tradisional. Seiring peningkatan pengunjung, pada 1986 silam, kawasan tersebut diputuskan untuk dikelola desa, melalui sebuah lembaga yang terbentuk, yakni Lembaga Kerja Masyarakat Desa (LKMD).
Kawasan tersebut ditetapkan menjadi tempat wisata, setelah Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mengambil alih pengelolaan pada 1991 lalu. Untuk meningkatkan pengelolaan wisata, pada 1996 dibentuklah sebuah organisasi kepariwisataan Objek Wisata Green Canyon, yang terdiri atas petugas Disbudpar dan Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar). Di bawah pengelolaan organisasi kepariwisataan gabungan ini, sepanjang tahun puluhan ribu pengunjung berdatangan ke tempat tersebut.
Nama Green Canyon sangat akrab disapa masyarakat. Semula masyarakat setempat menyebutnya Cukang Taneuh (Jembatan Tanah) karena tepat di hulu aliran Sungai Cijulang, terdapat sebuah jembatan tanah selebar tiga meter,dengan panjang 40 meter.
Jembatan yang menghubungkan dua tebing di atas aliran air sungai itu membentuk sebuah terowongan, yang disebut Green Canyon. Nama itu, pertama kali dilontarkan pengunjung (turis) asal Amerika bernama Bill Joness (Bill John), pada 1989 lalu.
Bill Joness sempat menyusuri lokasi tersebut menggunakan perahu kayuh tanpa mesin, sepulang dari perjalanannya, dia memberikan komentar sungai tersebut memiliki kesamaan dengan Green Canal di Colorado Amerika Serikat, atau Okazaki, Kyoto, Jepang, dan disebutlah sungai itu Green Canyon.
Objek wisata alam Green Canyon memiliki 2 dermaga perahu yang masingmasing memiliki fungsi berbeda. Dermaga 1 berfungsi tempat pemberangkatan perahu beserta wisatawan yang hendak melakukan perjalanan menuju objek wisata alam Green Canyon. Dermaga ini terletak di Dusun Ciseureuh, Desa Cijulang.
Sementara, dermaga 2 berfungsi sebagai tempat peristirahatan perahu dan wisatawan yang hendak melakukan perjalanan wisata menuju Green Canyon, terutama apabila di daerah wisata sudah tidak menampung perahu beserta wisatawan. Dermaga 2 terletak di dekat lokasi wisata Green Canyon, jarak dari Dermaga 1 ke Dermaga 2 sekitar 3,5 km.
Untuk sampai di kawasan wisata Green Canyon, pengunjung harus menaiki perahu dengan membayar tiket seharga Rp75.000 per perahu. Sekali jalan maksimal diisi 5 penumpang, perahu-perahu itu selalu stand by di dermaga 1 di bawah pengelolaan Kompepar. Bagi pengunjung yang tidak bisa berenang, nakhoda perahu selalu menyiapkan pelampung agar terhindar risiko terburuk.
Sepanjang perjalanan menyusuri aliran air Sungai Cijulang dari dermaga hingga menembus gua menghabiskan waktu 15-20 menit. Saat berada dalam perahu, pengunjung dihadapkan dengan pemandangan dua bukit kokoh berupa bebatuan dan rimbunnya pepohonan. Beberapa bukit yang dilalui sesekali serasa menyempit dan melebar akibat pengaruh kecepatan perahu. Tidak jarang ditemukan ada kedua bukit yang menikung (berbelok), ketinggian bukit mencapai 20-30 meter. Ada pula yang terlihat hanya hamparan tanah dipenuhi rumput dan lumut. Pesona lain, dapat dirasakan dengan kondisi air yang tenang.
Suasana di sekitar sungai begitu sunyi dan menantang. Sesekali rasa gugup menghampiri. Sepanjang perjalanan, suara yang terdengar hanya suara yang timbul dari mesin yang ditempel pada bagian belakang perahu. Sesekali terdengar pula suara kicau burung, tetapi sangat langka. Hewan yang terdapat di Green Canyon dilindungi pemerintah. Umumnya, hewan langka seperti ular kobra, monyet, burung jalak, ikan hias, dan buaya. Dalam perjalanan menuju gua, sejumlah hewan itu kerap dijumpai di tepitepi bukit.
Selain hewan, banyak pula tumbuhan yang dianggap langka dan unik, yaitu semacam tanaman paku-pakuan dan jenis lelumutan. Namun, tumbuhan yang mendominasi sepanjang aliran sungai selain pohon kelapa, terdapat pohon jambu kopo (sejenis jambu air berwarna putih). Pohon itu hanya berbuah saat menjelang pergantian musim dari penghujan menuju musim kemarau, musim buah sudah terlewat sekitar satu bulan lalu.
Setelah menempuh perjalanan air, sampailah di gua Green Canyon. Suasana terasa sejuk penuh nuansa petualang. Perahu yang membawa wisatawan, hanya bisa mengantar hingga di bawah gua. Selanjutnya pengunjung harus turun menapaki cadas kokoh, di antara dua tebing yang menjulang sangat tinggi. Aliran air menetes berjatuhan terasa mendarat membasahi kepala dan punggung saat berada di bawah gua.
Petualangan yang menantang tidak hanya sampai di gua. Tempat lainnya adalah air terjun pelatar atau air terjun abadi. Dinamakan air terjun abadi karena selain memiliki keindahan alam tersendiri, airnya tidak pernah berhenti mengalir sepanjang masa dari atas dinding bebatuan gua Green Canyon. Selain itu juga ada batu payung. Batu ini mempunyai bentuk yang unik seperti payung.
(sindo//tty)
from :lifestyle.okezone.com
No comments:
Post a Comment