Sunday, August 3, 2008

hyundai new santa fe

KapanLagi.com - Pasar Sport Utility Vehicle (SUV) telah menjadi arena 'pertempuran kreatif' bagi para produsen mobil. Sambutan masyarakat yang begitu menjanjikan membuat para produsen melempar produknya dengan menawarkan segala bentuk keunggulan, yang masing-masing mengemas citra rasa yang berbeda-beda.

Hyundai Motor Co. salah satunya, yang kembali mengenalkan produk barunya, all-new Santa Fe- yaitu sebuah pengembangan dari versi sebelumnya dengan penampilan lebih, lebih besar, lebih elegan dan lebih berkualitas. Berbekal layout tiga baris kursi plus aneka fitur comfort dan convenience Santa Fe baru siap bersaing di pasar SUV.

Tidak itu saja, Santa Fe baru bertumpu pada wheelbase 2.7m, 8cm lebih panjang dari pendahulunya. Ini memungkinkan penambahan panjang keseluruhan (+15cm), lebar (+5.5cm) dan tinggi (+5cm). Hasilnya, kabin lebih lega, lebih lapang terutama ruang kaki penumpang depan dan belakang.

Hyundai berencana akan menggebrak dunia dengan world debut SUV ini pada Januari 2006 di Detroit Motor Show dengan menawarkan pilihan mesin bensin dan diesel.

Mengusung mesin diesel D-2.2 dengan kekuatan 153hp pada 4000rpm dan 35kg.m torsi pada 2000rpm dengan bantuan Variable Geometry Turbocharger. Mesin diesel baru ini dipasangkan dengan all-new 5-speed transmission, baik matik maupun manual yang sama-sama efisien dalam penggunaan bahan bakar dan halus perpindahan giginya. Bahan bakar disemprotkan lewat injektor dari common rail generasi kedua bertekanan 1600bar yang dikendalikan microprocessor 32 bit (sebelumnya ECU 16 bit).

Didukung pula dengan Variable swirl control dan katup pengatur udara yang dikendalikan secara elektronik membantu menyempurnakan proses pembakaran dan menurunkan emisi berbahaya.


luas & elegan


Kepala silindernya menggunakan two-layer water jacket yang memungkinkan kepala silinder menerima tekanan pembakaran lebih besar. Exhaust Gas Recirculation yang mengembalikan fuel yang terlempar ke saluran exhaust balik ke ruang baker, berpendingin air dan dikontrol secara elektronis membantu meminimalkan emisi agar sesuai dengan standar Euro IV.

Sementara bagi peminat mesin bensin, Santa Fe punya pilihan lebih fleksibel. Hyundai memasang dua mesin bensin yaitu 2.7 liter dan 3.3 liter (khusus dipasarkan di Amerika Utara). Keduanya berarsitektur V6 dengan konstruksi seluruhnya dari aluminium.

Mesin 2.7 liter mengadopsi Variable Valve Timing dan Variable Intake System untuk memproduksi power maksimum 189hp pada 6000 rpm dan torsi 25.3kg.m@4200rpm. Mesin 3.3 liter dipasangkan dengan 5AT sedangkan 2.7 dengan 5MT sebagai fitur standar dan 4AT sebagai optional.

Sistem penggerak empat roda Santa Fe juga baru. Dikontrol secara elektronis, secara otomatis mengirim power ke roda yang memiliki traksi terbaik. 4WD lock membagi torsi sama rata antara roda depan dan belakang disituasi off-road.

Untuk all-new Santa Fe mengalami perbaikan chasis besar-besaran demi meningkatkan kenyamanann sekelas sedan. Suspensi belakang double wishbone pada generasi lama, diganti multi link guna meminimalisir getaran dan suara bising.

Jika mobil mendongak karena terisi penuh, self-leveling system otomatis membuatnya datar kembali tanpa power dari luar. Boster ganda menemani cakram 16 inch (dengan bagian depan berventilasi). ABS menjadi piranti standar, disempurnakan dengan Electronic Stability Program.

Selain dual front airbags, Santa Fe ditanami juga dengan side airbags depan plus curtain airbags yang meletup disepanjang mobil, menambah perlindungan kepala seluruh penumpang. Airbag penumpang kursi depan bisa di non-aktifkan untuk penumpang usia anak-anak.


computer trip

Panel indikator dilengkapi iluminasi serta dual zone climate control (suhu interior bisa beda pada saat bersamaan) untuk pengemudi dan penumpang depan membawa sentuhan kemewahan dimana penumpang baris kedua dan ketiga juga bisa ikut menikmati kenyamanan ventilasi di pilar B, dimana saluran pemanas yang memanjang hingga ke belakang.

Karena mengklaim keluaran terbaru ini lebih luas dari saudara tuanya ini, kursi baris ketiga bisa dilipat rata lantai dengan mudah dan menyulap bagian belakang Santa Fe menjadi ruang kargo yang luas. Saat musim hujan wiper otomatis akan bekerja otomatis dan dukungan trip komputer akan mencatat informasi dan menyajikan data sepanjang perjalanan. (dar)
from : kapanlagi.com

Kuliner Jadul Sampai Modern di Bandung

”Kalau di Bandung, makanan apa pun disikat soalnya enak-enak. Saya pernah membawa turis Jerman ke rumah makan Sunda. Tahu dan tempe tetap dimakan,” kata Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia Jawa Barat Herman Rukmanadi. Berdasarkan pengalaman Herman, turis-turis asing tidak mengalami masalah bila disuguhi makanan khas Sunda, bahkan menggemarinya.

Kreativitas pelaku usaha makanan membuat keragaman santapan di Bandung memiliki daya tarik tinggi untuk dieksplorasi. Begitu banyak jenisnya, makanan Bandung bisa dibagi dalam berbagai kategori. Berdasarkan jam buka penjual, misalnya, keunggulan kuliner Bandung tidak hanya dapat dinikmati saat siang, tetapi juga malam bahkan hingga dini hari.

Jika ditinjau dari masanya, tidak sedikit jenis makanan yang sudah dibuat sejak zaman kolonialisme dengan rasa tetap dipertahankan. Belum lagi, kalau dikelompokkan dalam hidangan utama atau sekadar makan sela.

Bagi mereka yang senang dengan kehidupan malam, tak perlu khawatir kelaparan. Terdapat restoran cepat saji yang buka 24 jam. Seandainya ingin mencicipi cita rasa lokal, bisa mencoba warung makan Ceu Mar yang buka hingga pagi hari.

Maria, pemilik warung, berjualan pukul 20.00-08.00 WIB. Menu warung di Jalan Cikapundung itu adalah nasi dan lauk-pauknya. Tak jauh dari sana, di Jalan Asia Afrika, ada bubur ayam PR.

Disebut bubur ayam PR karena gerobaknya terletak di depan kantor harian umum Pikiran Rakyat (PR). Di situ pembeli bisa sekaligus melihat hotel legendaris Savoy Homann Bidakara yang dibangun pada tahun 1871 yang berada di seberangnya.

Perkedel kentang yang banyak diminati pembeli dapat disantap di terminal angkutan kota Stasiun Bandung, Jalan Kebonjati. Di warung nasi M Unus itu, selain perkedel juga dijual nasi dan lauk-pauk lain pada pukul 22.00-03.00 WIB.

Khas Sunda

Lazimnya di kota mana pun yang memiliki kekhasan, hidangan yang banyak ditawarkan adalah masakan khas Sunda. Bermacam rumah makan Sunda tersebar di jalan-jalan besar hingga gang sempit.

Sawios adalah salah satu tempat makan di gang kecil sebelah Bandoengsche Melk Centrale (BMC), Jalan Aceh. Pemiliknya, Siti Aminah, sebelum menempati lokasi saat ini sudah berpindah tempat hingga delapan kali. Bahkan, dia pernah dikejar-kejar petugas ketertiban umum (tibum) ketika berjualan menggunakan gerobak. Membantu ibu dan berpindah tempat berjualan membuat Siti tak lulus sekolah dasar.

Meski demikian, kini dia bersyukur sudah memiliki bangunan berlantai dua dan lahan yang dia tempati sejak akhir tahun 2005. Kini, pelanggan yang datang ke sana saat makan siang harus antre, bahkan sering tidak kebagian tempat. Padahal jumlah kursi cukup banyak, sekitar 100 buah. Warung itu buka pukul 08.00-17.00 WIB dan tutup setiap hari libur nasional dan Minggu.

Warung nasi khas Sunda lain, Ma’ Uneh yang terletak di Jalan Terasana, harus dicapai melalui jalan kecil di samping Rumah Sakit Melinda, Jalan Pajajaran. Meski demikian, pada saat makan siang suasana di sana sangat ramai dipadati pembeli. Warung itu buka pukul 07.00-16.00 WIB.

Sejak masa kolonial

Kelebihan kuliner Bandung yang tak kalah menarik adalah toko atau rumah makan yang sudah berdiri lama, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda.

Toko Kue Bawean yang dulu bernama Sweetheart sudah dijalankan tiga generasi sejak tahun 1946. Produk andalan toko di Jalan Bawean tersebut adalah kue, bolu, dan roti. Sedangkan Rasa Bakery and Cafe di Jalan Tamblong, yang menjual es krim dan roti, sudah berdiri sejak tahun 1945.

Di Jalan Braga, terdapat rumah makan Sumber Hidangan dengan nuansa bangunan Belanda. Memasuki tempat itu, terlihat radio kuno berukuran besar di belakang meja kasir. Lantainya terdiri dari potongan ubin klasik. Dindingnya sebagian dibuat dari kayu dan pada beberapa bagian tembok semen, catnya yang sudah kusam dan berjamur menambah suasana zaman dulu.

Rumah makan yang sudah ada sejak tahun 1929 itu menyajikan hidangan seperti bistik sapi, nasi goreng, sate, bihun, dan mi. Meski tempat tersebut sudah berusia lama, harga makanannya relatif sangat terjangkau. Selain itu, rumah makan itu juga menjual kue-kue klasik.

Masih di jalan yang sama, Restoran Braga Permai sudah beroperasi setidaknya mulai tahun 1930-an dengan nama pada saat itu Maison Bogerijen. Sejak masa yang sama, Paberik Kopi Aroma di Jalan Banceuy yang buka pukul 08.00-16.00 WIB sudah menjual produknya.

Pilihan lain adalah Restoran Queen di Jalan Dalemkaum yang sempat menjadi persinggahan tamu-tamu negara saat Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Tempat itu sendiri dibuka tahun 1954. Mulai berjualan pada masa hampir bersamaan adalah Toko Roti Sidodadi di Jalan Otto Iskandar Dinata. Produknya antara lain roti gambang, kismis, dan roti tawar frans.

Jadi, Bandung memang tempatnya mencari keberagaman, termasuk aneka jenis makanan yang jadul (jaman dulu) sampai kreasi baru.

Dwi Bayu Radius

from : kompas.com


Friday, August 1, 2008

Sensasi Green Canyon

OBJEK wisata alam Green Canyon merupakan objek wisata yang memiliki beraneka ragam pesona dan daya tarik wisata yang mampu menarik puluhan ribu wisatawan setiap tahun. 

Objek wisata alam Green Canyon terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sekitar 31 km dari Objek Wisata Pangandaran ke arah selatan. Untuk mencapai lokasi ini, wisatawan bisa menempuh melalui jalan darat dan udara. Karena, objek wisata ini berdekatan dengan Bandara Udara Nusawiru. 

Green Canyon pada mulanya hanya sebuah tempat yang memiliki potensi ragam panorama alam, berupa aliran air Sungai Cijulang, tepat di hulu sungai terdapat sebuah gua yang terbentuk oleh sebuah jembatan tanah memiliki stalaktit dan stalaknit yang sangat menakjubkan, aliran air yang jernih akibat kedalaman terlihat memantulkan warna kehijauan, serta diapit dua bukit dengan bebatuan dan rimbunnya pepohonan. 

Keindahan alam tersebut ternyata mampu menarik perhatian orang banyak. Untuk itu, masyarakat setempat berinisiatif mengelola tempat itu secara tradisional. Seiring peningkatan pengunjung, pada 1986 silam, kawasan tersebut diputuskan untuk dikelola desa, melalui sebuah lembaga yang terbentuk, yakni Lembaga Kerja Masyarakat Desa (LKMD). 

Kawasan tersebut ditetapkan menjadi tempat wisata, setelah Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mengambil alih pengelolaan pada 1991 lalu. Untuk meningkatkan pengelolaan wisata, pada 1996 dibentuklah sebuah organisasi kepariwisataan Objek Wisata Green Canyon, yang terdiri atas petugas Disbudpar dan Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar). Di bawah pengelolaan organisasi kepariwisataan gabungan ini, sepanjang tahun puluhan ribu pengunjung berdatangan ke tempat tersebut. 

Nama Green Canyon sangat akrab disapa masyarakat. Semula masyarakat setempat menyebutnya Cukang Taneuh (Jembatan Tanah) karena tepat di hulu aliran Sungai Cijulang, terdapat sebuah jembatan tanah selebar tiga meter,dengan panjang 40 meter. 

Jembatan yang menghubungkan dua tebing di atas aliran air sungai itu membentuk sebuah terowongan, yang disebut Green Canyon. Nama itu, pertama kali dilontarkan pengunjung (turis) asal Amerika bernama Bill Joness (Bill John), pada 1989 lalu. 

Bill Joness sempat menyusuri lokasi tersebut menggunakan perahu kayuh tanpa mesin, sepulang dari perjalanannya, dia memberikan komentar sungai tersebut memiliki kesamaan dengan Green Canal di Colorado Amerika Serikat, atau Okazaki, Kyoto, Jepang, dan disebutlah sungai itu Green Canyon. 

Objek wisata alam Green Canyon memiliki 2 dermaga perahu yang masingmasing memiliki fungsi berbeda. Dermaga 1 berfungsi tempat pemberangkatan perahu beserta wisatawan yang hendak melakukan perjalanan menuju objek wisata alam Green Canyon. Dermaga ini terletak di Dusun Ciseureuh, Desa Cijulang. 

Sementara, dermaga 2 berfungsi sebagai tempat peristirahatan perahu dan wisatawan yang hendak melakukan perjalanan wisata menuju Green Canyon, terutama apabila di daerah wisata sudah tidak menampung perahu beserta wisatawan. Dermaga 2 terletak di dekat lokasi wisata Green Canyon, jarak dari Dermaga 1 ke Dermaga 2 sekitar 3,5 km. 

Untuk sampai di kawasan wisata Green Canyon, pengunjung harus menaiki perahu dengan membayar tiket seharga Rp75.000 per perahu. Sekali jalan maksimal diisi 5 penumpang, perahu-perahu itu selalu stand by di dermaga 1 di bawah pengelolaan Kompepar. Bagi pengunjung yang tidak bisa berenang, nakhoda perahu selalu menyiapkan pelampung agar terhindar risiko terburuk. 

Sepanjang perjalanan menyusuri aliran air Sungai Cijulang dari dermaga hingga menembus gua menghabiskan waktu 15-20 menit. Saat berada dalam perahu, pengunjung dihadapkan dengan pemandangan dua bukit kokoh berupa bebatuan dan rimbunnya pepohonan. Beberapa bukit yang dilalui sesekali serasa menyempit dan melebar akibat pengaruh kecepatan perahu. Tidak jarang ditemukan ada kedua bukit yang menikung (berbelok), ketinggian bukit mencapai 20-30 meter. Ada pula yang terlihat hanya hamparan tanah dipenuhi rumput dan lumut. Pesona lain, dapat dirasakan dengan kondisi air yang tenang.

Suasana di sekitar sungai begitu sunyi dan menantang. Sesekali rasa gugup menghampiri. Sepanjang perjalanan, suara yang terdengar hanya suara yang timbul dari mesin yang ditempel pada bagian belakang perahu. Sesekali terdengar pula suara kicau burung, tetapi sangat langka. Hewan yang terdapat di Green Canyon dilindungi pemerintah. Umumnya, hewan langka seperti ular kobra, monyet, burung jalak, ikan hias, dan buaya. Dalam perjalanan menuju gua, sejumlah hewan itu kerap dijumpai di tepitepi bukit.

Selain hewan, banyak pula tumbuhan yang dianggap langka dan unik, yaitu semacam tanaman paku-pakuan dan jenis lelumutan. Namun, tumbuhan yang mendominasi sepanjang aliran sungai selain pohon kelapa, terdapat pohon jambu kopo (sejenis jambu air berwarna putih). Pohon itu hanya berbuah saat menjelang pergantian musim dari penghujan menuju musim kemarau, musim buah sudah terlewat sekitar satu bulan lalu. 

Setelah menempuh perjalanan air, sampailah di gua Green Canyon. Suasana terasa sejuk penuh nuansa petualang. Perahu yang membawa wisatawan, hanya bisa mengantar hingga di bawah gua. Selanjutnya pengunjung harus turun menapaki cadas kokoh, di antara dua tebing yang menjulang sangat tinggi. Aliran air menetes berjatuhan terasa mendarat membasahi kepala dan punggung saat berada di bawah gua. 

Petualangan yang menantang tidak hanya sampai di gua. Tempat lainnya adalah air terjun pelatar atau air terjun abadi. Dinamakan air terjun abadi karena selain memiliki keindahan alam tersendiri, airnya tidak pernah berhenti mengalir sepanjang masa dari atas dinding bebatuan gua Green Canyon. Selain itu juga ada batu payung. Batu ini mempunyai bentuk yang unik seperti payung.

(sindo//tty)

from :lifestyle.okezone.com